Friday, September 9, 2011

UK dream went true (Part II)

Gue rasa gue gak perlu nulis summary dari part I, langsung aja ya...

Jadinya, gue benar-benar sakit selama flight Dubai-London, bahkan gue berniat akan traktir orang-orang makan jika gue bisa sampai di London dengan selamat. Awal-awal, gue merasa mual (gara-gara teh pahit sialan), terus ditambah pusing, meriang, panas, dan akhir-akhirnya, gue kayak kunang-kunang gitu (half-conscious). Gue coba sebisanya untuk tidur, countdown masih menunjukan kita 7.35 jam lagi ke London. Saat gue merasa gue udah tidur 3 jam, gue bangun, dan ngelihat countdown… crap, masih 7.20 to London. Gue cuma tidur 15 menit. Seriously, 8 jam terkurung di pesawat saat sakit terasa seperti 8 hari di siksa di Penjara Guatemalo (ini ngasal, tapi ada penjara sadis yang namanya mirip-mirip).Untungnya temen gue, Irene, punya panadol yang bisa gue minta. Coba dia bawa Cheeseburger-nya McD atau Snickers (chocolate bar, bukan sepatu), pasti gue minta juga. Setelah itu, gue mulai tenang (baca: tidur karena efek obat).

Sampai di London Gatwick, Harold nanya, ‘Everything’s alright, Rhesa?’, gue terharu, ternyata dibalik tampang shopaholic bencong dia (anyway, tas dia Prada. So cute), dia care juga, gue jawab, ‘Not quite’. Karena emang gue masih kunang-kunang (gue gak tahu bahasa kerennya apa). Pas ini, air hostessnya announce kalau temperature nya akan 1 degree celcius. Dalam keadaan normal, gue pasti udah teriak panik karena di Indonesia, kecuali di freezer nya Bandung Farmer (ini dulu banget ada), gak akan sedingin itu. Tapi gue terlalu sakit untuk notice.

Keluar dari pesawat dan jalan through the tunnel, air hostess nya gak lagi bercanda. Beneran 1 derajat, dan gue masih sangat half-conscious, dan ketika gue berjalan through the terminal untuk ke immigration, gue jalan kayak orang mabok kebanyakan minum Listerine (Listerine mengandung alcohol juga kan), dan di saat self-esteem gue lagi rendah karena sakit dan dinginnya gak main-main, Irene malah bilang,

‘Tahu gak, Rhes? Teman gue, Miranti, pas itu ke Beijing, pas winter, temperature nya -13 derajat, cuma pakai baju biasa'.

Sip, berarti gue cupu banget cuma 1 derajat, pakai baju kaos dirangkep jumper dirangkep coat tebal dan scarf dan beanie. Otak gue gak berjalan dengan benar, karena jika iya, gue pasti bertanya, 1) kenapa di Beijing bisa sampai sedingin -13 derajat, dan 2) kenapa ketika -13 derajat (serious ini horror banget) dan mengenakan baju casual without coat, Miranti masih bertahan hidup dan gak end up di pameran manusia yang diawetkan dengan cara di frozen yang sempat digelar di Singapore (gue lupa exact namenya apa).

Pas ngisi form untuk masuk immigration, vision gue super blurry dan tangan gue gak bisa ngerasain pulpen, masih half-conscious. Pas ngantri, gue kayak mau pass out, jadinya harus ngesot sambil ngantri. Untungnya gue gak papa, sempet ditanyain sama orang immigrationnya, ‘Kenapa kamu travel sendirian? Kamu under-age padahal’. Keren juga orang immigration di London Gatwick bisa ngomong Indonesia, gue jawab ngarang-ngarang yang penting bisa cepet dan reunite sama orang-orang dan bilang kalau gue sakit. Setelah selesai, gue bilang ke Ms Devina kalau gue sakit, sayangnya, gue disuruh jalan terus karena kita harus bus tour dulu ke Greenwich.

Event organiser kita ternyata dua orang yang sudah lumayan berumur (kaku ya bahasanya?), Ian request kita mampir ke Old Trafford, ternyata mereka fans Liverpool, semenjak di Inggris sepakbola itu benar-benar topik sensitif (bagi orang local, sepakbola adalah second religion), mereka agak marah. Kalau kita semua dibakar hidup-hidup di dalam bus, tentu itu salah Ian.

Di Greenwich, kita semua turun dari bus dan ke Royal Observatory nya, anehnya, kunang-kunang gue udah sedikit hilang dan berencana nyari makan supaya bisa minum obat. Gara-gara si Harold (yang tas nya Prada) itu gak berani compromise sama event organiser kita, gue cuma dikasih cereal punya dia yang diambil dari Emirates (gue curiga, jangan-jangan selimut dan headset nya juga dia ambil sebagai souvenir).

Selama di Greenwich, kita photo-photo dan merasakan cuaca UK (yang gak akan kalian mau rasakan), sementara itu, orang-orang disana malah banyak yang jogging cuma pakai celana pendek dan baju sleveless pada keadaan 1 derajat celsius. Mungkin, temannya Irene bisa saingan sama mereka. Habis kelilng Greenwich, kita ke Royal Observatory nya, walaupun gak ke dalamnya…

Ini gue dan Kharis di depan Royal Observatory Greenwich

Group photo di Greenwich

Sehabis group photo dan puas merasakan udara UK (yang langsung kita sesali), kita lanjut perjalanan ke London.

Di London, kita melakukan banyak hal. Belanja souvenir (gue selalu nyari yang 50 p dapat 3), ketemu Big Ben, naik London Eye (gak ada bedanya sama bianglala dufan), nonton 4-D cinema di London Eye (gak beda sama di Ancol, dan gue gak suka 4-D cinema), photo di depan London Bridge dan melewatinya, ke Buckhingham Palace, Westminster Abbey (church tempatnya si Prince William dan si Kate menikah, sumpah, sok akrab), dan itu seru banget! Kharis bilang,

‘Rhes, serious ini kayak mimpi.’, yang gue bales,

‘Lo gak mimpi, ris. Coba gue slap pasti sakit.’

‘Monyet lo, Rhes.’

Memories kita di London banyak banget dan blog ini pasti akan kepenuhan kalau di tulis semua. Gue share picture aja ya…

Kita didepan London Bridge

Guide kita di London, Czech them out.

Di dalam London Eye, dufan gak kalah

Group photo di bunderan Buckingham Palace

Selesai di London, kita langsung ke Worcester untuk bertemu dengan foster family kita masing-masing. Perjalanan dari London-Worcester sendiri memakan waktu 2 jam, di perjalanan gue dan Noel sempet teriak-teriak histeris karena melihat Wembley, ‘WEMBLEY!!! OH WEMBLEY BABYYYY’, yang langsung ditanggepin aneh oleh EO kita, mungkin emang kita yang terlalu norak ngelihat stadium bola doang.

Lanjut ke part III ya!!!

(PS= ternyata Allah itu adil, temennya Irene yang tadi gue ceritain, ternyata lebih clumsy dari gue, gue mendapat report kalau dia…. kehilangan boarding pass di Belitung… dan gak tahu gimana bisa aja boarding dan pulang ke Jakarta. Sementara gue kalau kehilangan boarding pass di Dubai saat lagi sakit dan panik, bisa meninggal di tempat)

No comments:

Post a Comment