Friday, September 9, 2011

UK dream went true (Part V)

Ini adalah hari kedua kita di Worcester. Kalendar menunjukkan tanggal 22 March 2011 (bahasa novel banget). Agenda kita hari itu adalah berkunjung (bahasa formal lagi) ke Christopher Whitehead Language College dan ke youth centre lagi.

Rutinitas kita di pagi hari sebagian besar sama. Cuma pada hari itu, kita memutuskan mandi. Gue disana mandi setengah jam, kebanyakan ngabisin waktu menggigil.

Seperti biasa, kita ngumpul dulu di Crown Gate bus stop, dan langsung jalan menuju Christopher Whitehead Language College.

Sesampainya disana, kita langsung take group photo di depan sekolahnya.

P3220177

Group photo paling random…

Begitu kita masuk ke gedung sekolahnya, kita sudah ditunggu oleh principal dan murid-murid nya.Satu persatu mengenalkan diri, lalu principalnya berjabat tangan dengan Mr Harold dan jatuh cinta padanya (ya gak lah). Jadinya, kita semua akan di-pair dengan local student dan kita akan attend 2 kelas mereka. Yang beruntung mendapat PE, yang kurang beruntung (gue) mendapat Science. Menurut gue, ini adalah program terbagus dari trip kita ke England, karena kita bisa dapat teman baru, berinteraksi dengan orang local, dan tahu bagaimana sekolah di England.

Pair yang gue dapat adalah seorang anak cowok yang berada di grade 7, namanya Will (bukan Will Smith)…

P3220175

Gue dan Will… no comment

Entah karena kita berdua terlihat seperti scientists atau apa, gue kedapetan kelas Science dan English. First period adalah Science class, dan sejak Will ini anak kelas 7, berarti class yang gue attend adalah science untuk anak kelas 7, disinilah kesempatan gue untuk jadi pinter terbuka lebar. Ternyata, topic yang sedang dibahas adalah state of matter, dan itu sudah dibahas berjuta-juta kali oleh Mr Balajee. Satu hal yang mungkin membuat gue tetap excited adalah, accent guru-nya yang sangat english.

Di kelas, gue sempet kenalan sama satu temannya Will yang gue lupa namanya. Nyari teman di Inggris gampang banget, ajakin ngomong aja tentang bola. Guru science mereka ternyata cukup creative (gak kayak…) untuk membuat aktivitas supaya muridnya tidak bosan, mungkin dia akhirnya sadar kalau dia membosankan.

Masih berhubungan dengan state of matter, kita ditunjukkan untuk membuat ice cream oleh sang guru, material yang digunakan hanyalah susu, cream, gula, dan vanilla essence. Tanpa freezer dan tanpa sulap, ini juga bukan TV show “Breaking The Magician’s Code”. Setelah itu, kita sekelas (sekitar 40 orang) disuruh untuk membuat ice cream dengan cara itu dengan satu partner. Jani dan Nabila juga ada di ruangan itu. Will, yang mungkin gak mau membuat gue terlihat seperti loner, berpasangan dengan gue.

Karena sampai postingan ini ditulis (08/07/11). Gue masih nyimpen kertas instruction-nya, gue akan kasih tahu cara membuatnya. Lumayan simple, pertama-tama kita masukkin ice cream ingredients di plastic bag, semua ingredients-nya udah diukur. Habis itu, kita seal plastic bag-nya. Plastic bag itu lalu dimasukkan ke dalam ziplock bag besar (semacam plastic bag tapi besar), tambahkan ice cube dan garam ke ziplock bag itu. Untuk step terakhirnya, kita squeeze dan shake ziplock bag-nya sampai semua ingredients udah menyatu dan berubah jadi ice cream.

Ice cream kita jadi dengan sempurna, gue mencoba ice cream yang dibuat oleh teman-nya Will, rasanya kayak frozen salt. Mungkin, saat itu adalah asal-usul dari sebuah makanan legendaris bernama “frozen salt”… atau hanya karena dia yang mau meracuni gue. Only God knows.

Habis dari science class, kita recess dulu. Disitu adalah period terbaik gue di hari itu. Mungkin karena orang Inggris gak biasa melihat orang Asia yang terlihat agak retarded seperti gue, mereka merubungi gue mau ngajak ngobrol. Seperti Keaton, dia tiba-tiba nyamperin gue saat berjalan bersama Will. Kita ngomong bola (udah pasti). Yes gue langsung ngomong panjang lebar gue supporter Arsenal FC, dan gue lupa dia support apa. Kita kayak benar-benar akrab gitu, gue apalagi sok akrab, udah ngerangkul dia sambil bercanda-bercandain. Itulah yang gue suka dari anak-anak Inggris, hospitality nya bagus banget. Begitu kita nemu kursi, kita (gue dan Will) langsung duduk untuk makan.

Okey, gue baru sadar post ini udah kepanjangan. Terpaksa gue lanjutin ke Part VI. Sorry ya, karena gue gak bisa nulis di media selain blog. Gue jadi nulis selengkap-lengkapnya di blog dengan berjuta chapter.

No comments:

Post a Comment